OPINI  

“Kana Maama Ngata, Maroso Ada, Masana Todea”: Harmoni Sosial Berbasis Adat dalam Masyarakat Kaili

Penulis Suaib Djafar (paling kanan) dalam acara budaya di Palu, Sulawesi Tengah.

Oleh: Dr Suaib Djafar

DALAM kehidupan masyarakat Kaili di Sulawesi Tengah, nilai-nilai luhur dan kearifan lokal terus hidup dan menjadi pedoman dalam menata kehidupan bersama.

Tiga ungkapan bijak yang sangat bermakna dan saling terkait adalah “Kana Maama Ngata” (Terjaga Keamanan Masyarakat), “Maroso Ada” (Kokoh Kuat Adat), dan “Masana Todea” (Rakyat Senang). Ketiganya membentuk fondasi kuat bagi kehidupan sosial yang damai, teratur, dan sejahtera.

 

“Kana Maama Ngata”: Ketentraman Sebagai Hasil Kebersamaan

Ungkapan ini menggambarkan betapa pentingnya keamanan dan ketertiban dalam masyarakat. Bagi masyarakat Kaili, keamanan bukan hanya tanggung jawab aparat atau pemerintah semata, melainkan hasil dari sinergi antara pemerintah, tokoh agama, tokoh adat, dan seluruh warga.

Kebersamaan ini terbentuk dari nilai gotong royong, saling peduli, dan kepekaan sosial yang tinggi terhadap lingkungan sekitar.

Dalam tradisi Kaili, menjaga ketenangan kampung adalah kehormatan, dan pelanggaran terhadapnya dianggap sebagai bentuk penghinaan terhadap nilai-nilai kolektif.

 

“Maroso Ada”: Adat Sebagai Pilar yang Kokoh

Ketika adat dihormati dan ditegakkan, maka masyarakat memiliki pedoman hidup yang jelas. “Maroso Ada” berarti bahwa adat istiadat yang kuat adalah tiang penyangga kehidupan sosial.

Nilai-nilai ini tidak hanya berlaku dalam ritus adat, tetapi juga dalam penyelesaian konflik, pembagian peran sosial, hingga pengambilan keputusan kolektif.

Tokoh adat berperan sebagai penjaga nilai, penengah, dan penuntun arah moral masyarakat. Dengan adat yang kokoh, masyarakat tidak mudah goyah oleh pengaruh luar yang dapat merusak tatanan sosial.

 

“Masana Todea”: Kesejahteraan dan Kebahagiaan Rakyat

Rakyat yang senang bukan semata-mata karena tercukupi kebutuhan materialnya, tetapi karena mereka hidup dalam ketenangan, keadilan, dan kebersamaan. “Masana Todea” adalah gambaran ideal dari masyarakat yang merasa aman, dihargai, dan memiliki tempat dalam struktur sosial yang harmonis.

Ketika keamanan terjaga dan adat dihormati, maka rakyat hidup bahagia — tidak hanya bebas dari rasa takut, tetapi juga merasa memiliki peran dan harga diri dalam komunitasnya.

Kesimpulan

Tiga ungkapan ini —‘’Kana Maama Ngata, Maroso Ada’’, dan ‘’Masana Todea’’ — saling memperkuat dan tidak dapat dipisahkan. Mereka adalah cerminan kearifan lokal masyarakat Kaili yang telah teruji oleh waktu.

Dalam konteks pembangunan dan perubahan sosial saat ini, menghidupkan kembali nilai-nilai ini sangat penting untuk menciptakan masyarakat yang berdaya, damai, dan berbudaya.(Dr Suaib Djafar/Budayawan Sulawesi Tengah)