PALU, Rajawalinet.co – Ratusan warga Poboya kembali menggelar aksi spontanitas di kawasan tambang pada Jumat (7/11/2025) sore. Aksi yang berlangsung sekitar pukul 14.30 hingga 15.15 WITA itu dipimpin oleh Kusnadi Paputungan, perwakilan masyarakat Poboya sekaligus koordinator lapangan, sebagai bentuk protes terhadap langkah PT Citra Palu Minerals (CPM) yang diduga terus mendesak aparat menertibkan aktivitas tambang rakyat.
Dalam orasinya, Kusnadi menegaskan pentingnya persatuan warga untuk mempertahankan hak mereka dalam mengelola sumber penghidupan di Poboya.
“Kita ini orang yang kuat berpedulian sesama. Kita ini orang yang bersatu. Karena kalau kita tidak bersatu, lawan kita makin bersatu dan makin kuat,” ujarnya di hadapan peserta aksi.
Ia menyebut masyarakat kecil hanya memiliki satu modal, yakni kekompakan dan kesatuan.
“Tanpa kita kompak, tanpa kita solid, dan tanpa kita bersatu, pasti kita akan hancur,” tegasnya.
Kusnadi juga menyinggung adanya upaya pihak perusahaan untuk menekan aktivitas penambangan rakyat. Ia menilai CPM tak henti-hentinya menggunakan berbagai cara, bahkan diduga melibatkan aparat, agar penambang terusir dari wilayah kerja mereka.
“Kalau kita tidak bersatu, mereka akan menggunakan cara-cara kasar. Tapi kalau kita kuat dan solider, mereka pasti berpikir dua kali,” katanya.
Ia menambahkan, perjuangan masyarakat Poboya saat ini tidak hanya berlangsung di lapangan, tetapi juga sedang menempuh jalur resmi agar tambang rakyat bisa dilegalkan.
“Bulan Agustus lalu CPM mengeluarkan surat yang menyatakan memahami permintaan Lembaga Adat Poboya soal pelepasan sebagian lahan kontrak karya untuk wilayah pertambangan rakyat,” jelas Kusnadi.
Surat tersebut kemudian ditindaklanjuti dengan pengajuan rekomendasi ke pemerintah daerah.
“Alhamdulillah gubernur mendukung dengan mengeluarkan rekomendasi kepada Menteri ESDM. Bahkan para tokoh adat sudah menyampaikan langsung ke kementerian agar segera diproses,” tambahnya.
Namun, di tengah proses legalisasi itu, Kusnadi menuding CPM justru diam-diam mendorong penertiban tambang rakyat di titik Kijang 30 dan 25—dua kawasan utama aktivitas penambangan masyarakat.
“Ini ancaman bagi rakyat Poboya. Mereka memperlakukan rakyat tidak adil di tanahnya sendiri,” ujarnya.
Kusnadi menegaskan, jika CPM tetap bersikeras menutup tambang rakyat, maka masyarakat siap mengambil langkah tegas.
“Kalau CPM mau tutup tambang rakyat, rakyat juga siap menutup tambang CPM dengan segala risiko,” pungkasnya.
