Jakarta, rajawalinet.co – Pakar keamanan siber, Alfons Tanujaya, mengimbau masyarakat untuk meningkatkan literasi digital guna menghindari penipuan berbasis bukti transfer palsu.
Menurutnya, teknologi saat ini memungkinkan manipulasi bukti transfer dengan mudah menggunakan pengedit gambar atau kecerdasan buatan (AI).
“Baik dengan kemampuan editing gambar, Photoshop, atau ChatGPT dengan Chrome saja bisa membuat transfer yang palsu. Ini yang perlu disadari oleh masyarakat. Saya kurang setuju jika yang disalahkan adalah teknologinya,” ujar Alfons seperti dikutip dari RRI, Kamis (17/4/2025).
Alfons menilai bahwa penipuan transfer palsu bukan fenomena baru dalam dunia digital. Namun, dengan perkembangan teknologi mutakhir, modus ini semakin sulit dikenali.
Banyak masyarakat yang hanya mengandalkan tampilan bukti transfer tanpa melakukan verifikasi, sehingga lebih rentan menjadi korban.
Ia menegaskan bahwa seluruh tampilan digital dapat direkayasa dengan mudah, bahkan oleh orang awam sekalipun.
Faktor utama yang menyebabkan masyarakat mudah tertipu adalah rendahnya literasi digital, terutama di daerah perdesaan.
“Masyarakat harus selalu mengecek rekeningnya terlebih dahulu sebelum mempercayai bukti transfer. Kalau dana sudah masuk, baru dianggap sah,” tegasnya.
Alfons juga menekankan pentingnya memahami status transaksi dalam mutasi rekening. Jika status masih “pending”, maka dana belum sepenuhnya diterima dan transaksi bisa saja dibatalkan oleh sistem.
Untuk menghindari penipuan, ia mengimbau masyarakat agar selalu memverifikasi transaksi langsung melalui mobile banking atau menghubungi pihak bank.
“Cara terbaik memastikan keaslian transfer adalah dengan mengecek mutasi rekening, bukan hanya melihat bukti transfer yang dikirimkan pihak lain,” tambahnya.
Di era digital, Alfons juga mengingatkan agar masyarakat menjaga kredensial digital seperti data pribadi dan akses keuangan.
“Kita harus melindungi kredensial digital dengan baik dan tidak mudah tertipu atau memberikan informasi kepada pihak lain,” katanya.