PALU, Rajawalinet.co – Sejumlah sopir resmi di Kota Palu mengeluhkan maraknya praktik kendaraan truk “siluman” yang diduga membeli solar subsidi melebihi ketentuan. Mereka menilai kondisi ini membuat akses solar subsidi semakin sulit bagi sopir yang taat aturan.
Seorang sopir yang enggan disebutkan namanya mengaku sering melihat kendaraan siluman mengisi solar dalam jumlah besar.
“Saya sering lihat truk siluman isi solar sampai jutaan rupiah sekali antre di SPBU,” ungkapnya pada Rabu (24/9/2025).
Menurutnya, kendaraan siluman bisa membeli hingga berton-ton solar dalam sekali antre, bahkan jumlahnya bisa mencapai belasan unit. Padahal aturan jelas membatasi pembelian solar subsidi hanya untuk satu tangki per kendaraan dengan menggunakan barcode resmi.
“Masalahnya, truk siluman pakai sampai lima barcode untuk sekali isi, padahal satu barcode itu hanya untuk satu tangki,” jelasnya.
Keluhan sopir resmi sudah berlangsung lama. Mereka menduga praktik ini dibiarkan karena adanya perlindungan dari oknum aparat.
“Setahu saya, mereka punya backing aparat, makanya masih bisa jalan terus,” tambahnya.
Ia juga mengungkap dugaan adanya transaksi antara petugas SPBU dengan sopir truk siluman. Kondisi itu membuat sopir resmi ragu melaporkan karena takut tidak mendapatkan perlindungan.
Sebagai bentuk protes, sopir resmi kerap menyerobot antrean truk siluman agar tetap bisa memperoleh solar. Namun, langkah itu kerap berujung pada pengusiran.
Informasi yang dihimpun, solar subsidi yang dikumpulkan truk siluman disalurkan ke sejumlah perusahaan di Kota Palu hingga keluar daerah, termasuk perusahaan nikel di Morowali dan Morowali Utara.
“Perusahaan mau beli karena lebih murah. Kalau subsidi harganya Rp7.600 per liter, sedangkan non-subsidi (Dexlite) bisa sampai Rp14.000,” pungkasnya.