Jakarta, rajawalinet.com – Gangguan bipolar selama ini kerap dikaitkan dengan orang dewasa, padahal remaja pun dapat mengalami kondisi ini. Jika tidak ditangani dengan tepat, gangguan bipolar bisa berdampak besar terhadap kehidupan akademik, sosial, dan emosional remaja.
Psikiater dr. Ni Putu Ayu Werdhiatmi, M.Biomed, Sp.KJ menjelaskan bahwa gangguan bipolar adalah gangguan suasana hati yang ditandai dengan perubahan mood ekstrem, mulai dari fase manik (sangat gembira dan berenergi), depresi (sangat sedih dan kehilangan motivasi), hingga hipomanik (fase ringan dari mania).
“Pada gangguan bipolar ini, mood berubah sangat ekstrem. Ada fase manik, depresi, dan juga hipomanik,” jelas dr Werdhiatmi seperti dikutip dari RRI.
Ia menekankan bahwa gejala bipolar pada remaja sering tidak terdeteksi sejak dini karena dianggap sebagai depresi biasa atau bahkan perilaku kenakalan remaja.
Padahal, deteksi dini sangat penting untuk mencegah komplikasi jangka panjang dan memperbaiki kualitas hidup penderita.
Salah satu faktor utama penyebab gangguan bipolar, menurut dr. Werdhiatmi, adalah faktor genetik.
“Biasanya kami cari tahu apakah ada riwayat keluarga, seperti orang tua, paman, atau bibi yang mengalami bipolar,” ungkapnya.
Gangguan bipolar merupakan kondisi mental yang serius dan membutuhkan pemahaman, dukungan, serta intervensi profesional.
Oleh karena itu, masyarakat diimbau untuk lebih peduli terhadap isu kesehatan mental, khususnya pada remaja.
“Dukungan dari keluarga dan lingkungan sekitar sangat penting. Dengan pemahaman yang benar dan penanganan tepat, remaja dengan bipolar tetap bisa menjalani hidup yang sehat dan produktif,” tambah dr. Werdhiatmi.
Ia juga menekankan bahwa stigma terhadap gangguan kejiwaan masih menjadi penghalang utama bagi banyak remaja untuk mencari bantuan.
Dengan edukasi yang tepat, diharapkan semakin banyak pihak yang peka terhadap tanda-tanda gangguan bipolar dan segera mengambil langkah penanganan.