Jakarta, rajawalinet.co – Perkumpulan Komunitas Hipnotis Indonesia (PKHI) menyatakan kesiapannya untuk ambil bagian dalam mengatasi masalah kesehatan mental masyarakat Indonesia.
Langkah ini diambil menyusul terbatasnya jumlah Sumber Daya Manusia Kesehatan (SDMK) yang mampu menangani gangguan mental secara memadai.
Ketua Umum PKHI, Avifi Arka, menjelaskan bahwa keterbatasan tenaga profesional membuat banyak penderita gangguan mental tidak mendapatkan penanganan yang semestinya.
Berdasarkan data Survei Kesehatan Indonesia 2023, hanya sekitar 12,7 persen penyandang depresi yang berhasil tertangani.
“Di kalangan remaja lebih memprihatinkan. Faktanya sangat miris dan mengkhawatirkan,” kata Avifi pada Jumat (2/5/2025).
Ia merujuk pada temuan Survei Nasional Kesehatan Mental Remaja tahun 2022 yang mencatat bahwa 34,9 persen remaja mengalami masalah kesehatan mental, namun hanya 2,6 persen dari mereka yang mengakses layanan bantuan atau konseling.
Melihat kondisi tersebut, PKHI menilai hipnoterapi dapat menjadi solusi alternatif. Avifi menyebut bahwa keilmuan hipnosis di Indonesia berkembang pesat dan menarik minat masyarakat. “Ini menjadi harapan baru untuk penanganan kesehatan mental,” tambahnya.
Hipnoterapi sendiri merupakan metode terapi dengan teknik hipnosis yang secara ilmiah terbukti efektif dalam membantu mengatasi berbagai masalah psikologis, seperti stres, kecemasan, trauma, hingga gangguan perilaku.
Hingga saat ini, PKHI memiliki hampir 15 ribu anggota yang tersebar di 38 provinsi di seluruh Indonesia.
Para anggotanya merupakan lulusan lembaga kursus dan pelatihan hipnosis yang telah terakreditasi pemerintah, serta memiliki sertifikasi dari Lembaga Sertifikasi Profesi (LSP) BNSP RI maupun Lembaga Sertifikasi Kompetensi (LSK) Kemendikdasmen.
Menurut Avifi, sinergi antara hipnoterapis terlatih dan kebijakan pemerintah yang mulai mengalokasikan anggaran lebih besar untuk kesehatan mental dapat menjadi kunci untuk mengatasi krisis yang tengah dihadapi.