PERNAHKAH Anda mengajak seorang perempuan makan dan mendengar jawaban singkat: “terserah”?
Ungkapan ini, meski terdengar sederhana, kerap membuat bingung banyak orang dan menjadi bahan candaan, bahkan meme di media sosial.
Namun, di balik satu kata itu, ternyata tersembunyi sejumlah faktor psikologis dan sosial yang cukup kompleks.
Mengutip RRI, para peneliti menyebut bahwa respons “terserah” dari perempuan, khususnya saat ditanya soal pilihan seperti makanan, bukanlah bentuk ketidaktahuan atau ketidakpedulian. Sebaliknya, ada tiga alasan utama yang mendasari munculnya jawaban tersebut.
- Menghindari Konflik dan Ingin Menyenangkan Orang Lain
Dalam interaksi sosial, perempuan cenderung lebih kooperatif dan menghindari konfrontasi. Hal ini ditegaskan oleh Costa dan McCrae dalam buku Personality and Individual Differences (1992), yang menunjukkan bahwa perempuan memiliki tingkat agreeableness atau sifat mudah bersepakat yang lebih tinggi dibanding laki-laki. Maka, jawaban “terserah” sering kali menjadi cara untuk menjaga keharmonisan dan menghindari perdebatan.
- Norma Sosial tentang Perempuan dan Makanan
Pilihan makanan bagi perempuan bukan hanya soal rasa lapar. Ada pertimbangan citra diri, persepsi orang lain, hingga tekanan norma gender.
Susan Bordo, dalam bukunya Unbearable Weight: Feminism, Western Culture, and the Body (1993), menulis bahwa perempuan kerap diasosiasikan dengan makanan sehat dan porsi kecil sebagai bagian dari konstruksi femininitas. Alhasil, banyak perempuan merasa segan menyatakan keinginan secara langsung, sehingga memilih untuk menjawab “terserah”.
- Beban Mental karena Pengambilan Keputusan Berulang
Fenomena decision fatigue atau kelelahan akibat terlalu sering membuat keputusan kecil sepanjang hari juga menjadi penyebab.
Dalam jurnal Journal of Marriage and Family, dijelaskan bahwa perempuan, terutama yang menjalankan peran domestik, kerap memikul tanggung jawab pengambilan keputusan rumah tangga—termasuk soal makanan. Ketika diminta memilih lagi, mereka cenderung menghindar dan menjawab “terserah” sebagai bentuk pelepasan beban mental.
Jawaban “terserah” dari perempuan sering kali disalahartikan sebagai kebingungan atau ketidakpedulian.
Padahal, itu bisa menjadi ekspresi dari kelelahan, tekanan norma, dan keinginan menjaga hubungan sosial.
Memahami konteks di balik kata tersebut bisa membuka ruang komunikasi yang lebih empatik antara individu, tanpa harus menjadikannya lelucon semata.