PALU, Rajawalinet.co – Kota Palu mengalami inflasi sebesar 0,65 persen pada Juli 2025. Kenaikan ini didorong terutama oleh melonjaknya harga sejumlah komoditas pangan, khususnya cabai rawit dan bawang merah.
Kepala Badan Pusat Statistik (BPS) Kota Palu, Agus Santoso, mengungkapkan bahwa penurunan produksi sejumlah komoditas hortikultura menjadi penyebab utama inflasi bulan ini. “Produksi beberapa komoditas vertikultura mengalami penurunan dibandingkan Juni, di antaranya bawang merah dan cabai rawit,” kata Agus dalam rilis resmi pada Jumat (1/8/2025).
Cabai rawit mencatat inflasi tertinggi dengan lonjakan harga mencapai 13,20 persen. Disusul oleh bawang merah yang naik 11,88 persen, cabai merah 6,72 persen, serta ikan cakalang yang meningkat 6,34 persen. Beras juga mengalami kenaikan cukup signifikan sebesar 5,8 persen.
Secara tahunan (year-on-year), inflasi Palu tercatat sebesar 2,87 persen dibandingkan Juli 2024. Sementara secara year-to-date (Juli 2025 terhadap Desember 2024), inflasi mencapai 2,59 persen.
Agus menjelaskan bahwa kelompok pengeluaran makanan, minuman, dan tembakau menjadi penyumbang terbesar terhadap inflasi Juli dengan andil 0,54 persen.
“Kelompok pendidikan dan kelompok perawatan pribadi serta jasa lainnya juga memberikan andil masing-masing sebesar 0,04 persen,” tambahnya.
Di sisi lain, sejumlah komoditas justru mengalami penurunan harga alias deflasi. Komoditas tersebut antara lain ikan kembung, telur ayam ras, daging ayam ras, dan bawang putih. Deflasi paling besar terjadi pada bawang putih sebesar 3,73 persen, serta daging ayam ras sebesar 2,72 persen.
Dari 379 komoditas yang dipantau melalui Indeks Harga Konsumen (IHK), sebanyak 90 mengalami kenaikan harga. Menariknya, lebih dari separuh atau sekitar 54,44 persen di antaranya merupakan bahan pangan. Sementara itu, 60 komoditas mengalami penurunan, dan 61,67 persen di antaranya juga berasal dari kelompok bahan pangan.
Agus juga mencatat, emas perhiasan menyumbang inflasi tertinggi secara tahunan dengan andil sebesar 0,75 persen. Komoditas lain yang turut berkontribusi antara lain beras (0,38%) dan ikan selar atau ikan tude (0,16%).
“Secara keseluruhan, tren inflasi masih dalam batas yang terkendali. Namun, kami tetap mengingatkan pentingnya mewaspadai pasokan dan distribusi komoditas pangan strategis,” tutup Agus.