Dari Zona Merah Menuju Tangguh Bencana : Sulteng Disorot Nasional & Internasional

Acara ini turut dihadiri oleh sejumlah tokoh penting, seperti Wakil Wali Kota Palu Imelda Muhidin, Duta Besar Swiss untuk Indonesia H.E. Mr. Olivier Zehnder, Deputi Sistem dan Strategi BNPB Dr. Raditya Jati, serta Kepala Pelaksana BPBD Provinsi Sulteng Dr. Ir. Akris Fattah Yunus, M.M. (Ro Adpim Setdaprov Sulteng)
Acara ini turut dihadiri oleh sejumlah tokoh penting, seperti Wakil Wali Kota Palu Imelda Muhidin, Duta Besar Swiss untuk Indonesia H.E. Mr. Olivier Zehnder, Deputi Sistem dan Strategi BNPB Dr. Raditya Jati, serta Kepala Pelaksana BPBD Provinsi Sulteng Dr. Ir. Akris Fattah Yunus, M.M. (Ro Adpim Setdaprov Sulteng)

Palu, rajawalinet.co – Wilayah yang dikenal rawan bencana seperti gempa bumi, tsunami, dan likuifaksi, kini menjadi pusat perhatian nasional dan internasional sebagai lokasi kajian Cost Benefit Analysis (CBA) atau Analisis Biaya-Manfaat dalam penanggulangan bencana. Inisiatif ini diusung oleh Badan Nasional Penanggulangan Bencana (BNPB) bekerja sama dengan Pemerintah Swiss melalui program Swiss Development Cooperation (SDC).

Kegiatan strategis ini berlangsung di Hotel BW Coco, Palu, pada Rabu (14/5), dan dihadiri oleh berbagai pemangku kepentingan, termasuk Asisten Pemerintahan dan Kesra Provinsi Sulteng Dr. Fahrudin, S.Sos, M.Si yang mewakili Gubernur Sulawesi Tengah.

Dalam sambutannya, Fahrudin menekankan pentingnya CBA sebagai pendekatan kolektif dalam meningkatkan ketangguhan dan resiliensi daerah terhadap bencana. Ia juga menilai, kegiatan ini membuka ruang kolaboratif antara pemerintah pusat, daerah, masyarakat, dan mitra internasional untuk menyusun kebijakan berbasis data dan dampak nyata di lapangan.

“Kita berharap hasil kajian ini tidak hanya menjadi dokumen teoretis, tapi benar-benar implementatif dan menjawab kebutuhan masyarakat di lapangan,” ungkap Fahrudin.

Sulteng yang sebelumnya menjadi zona merah bencana, kini diarahkan menjadi model dalam perumusan strategi mitigasi dan adaptasi risiko bencana berbasis manfaat dan efisiensi biaya.

Tak lupa, Fahrudin menyampaikan apresiasi mendalam kepada Pemerintah Swiss yang telah memberi bantuan kemanusiaan secara cepat pasca gempa dan tsunami tahun 2018 di wilayah Pasigala (Palu, Sigi, Donggala). Ia meyakini kerja sama ini akan semakin memperkuat pemahaman dan kapasitas lokal dalam menghadapi ancaman bencana di masa mendatang.

Acara ini turut dihadiri oleh sejumlah tokoh penting, seperti Wakil Wali Kota Palu Imelda Muhidin, Duta Besar Swiss untuk Indonesia H.E. Mr. Olivier Zehnder, Deputi Sistem dan Strategi BNPB Dr. Raditya Jati, serta Kepala Pelaksana BPBD Provinsi Sulteng Dr. Ir. Akris Fattah Yunus, M.M.

Kegiatan FGD (Focus Group Discussion) yang digelar di sela acara turut menjadi momen strategis dalam menyusun rekomendasi kebijakan publik berbasis hasil analisis CBA. Langkah ini diharapkan bisa direplikasi di wilayah rawan bencana lainnya di Indonesia.