Filosofi Tri Hita Karana Lewat Ngewedang : Inisiatif Marliyus MS di Bali

Hakim Tinggi Marliyus MS (tengah) memimpin Komunitas Ngewedang dalam aksi bersih-bersih Pantai KuDeTa Seminyak, mewujudkan filosofi Tri Hita Karana dan kepedulian lingkungan di Bali. (Foto : Ist)
Hakim Tinggi Marliyus MS (tengah) memimpin Komunitas Ngewedang dalam aksi bersih-bersih Pantai KuDeTa Seminyak, mewujudkan filosofi Tri Hita Karana dan kepedulian lingkungan di Bali. (Foto : Ist)

Denpasar, rajawalinet.co – Komunitas Ngewedang, perkumpulan aparatur dan tenaga honorer Pengadilan Tinggi Denpasar, menunjukkan komitmen nyata terhadap lingkungan. Aksi ini diprakarsai oleh Bapak Marliyus MS, S.H., M.H., seorang Hakim Tinggi di Pengadilan Tinggi Bali, yang juga dikenal sebagai pencetus Komunitas Ngewedang.

Beliau adalah sosok berpengalaman yang pernah menjabat sebagai Ketua Pengadilan Negeri Jakarta Timur, Wakil Ketua Pengadilan Negeri Tual, Hakim Pengadilan Negeri Klaten, dan mantan Wakil Ketua Pengadilan Negeri Palu. Selain itu, beliau juga dikenal karena memberikan materi tentang “Teknik dan Praktik Persidangan” pada Pendidikan Pembentukan Jaksa.

Pada Jumat (21/6/2025), komunitas yang dicetuskan Bapak Marliyus pada November 2024 ini menggelar aksi bersih-bersih di kawasan Pantai KuDeTa, Seminyak, Bali. Kegiatan ini merupakan bagian dari implementasi filosofi Tri Hita Karana dan turut dihadiri serta didukung penuh oleh Kepala Lingkungan serta Lurah Seminyak.

Aksi peduli lingkungan ini diawali dengan touring motor yang penuh semangat dari titik kumpul Pengadilan Tinggi Denpasar menuju lokasi kegiatan, mempererat kebersamaan di antara para anggota. Setibanya di Pantai KuDeTa, para peserta tanpa menunda langsung bergerak membersihkan area pantai dari sampah plastik dan limbah lainnya, sebuah langkah konkret dalam menjaga kebersihan dan keindahan pesisir Bali yang menjadi ikon pariwisata.

Kegiatan ini bukan sekadar aksi sosial biasa, melainkan perwujudan nyata dari nilai-nilai luhur Tri Hita Karana, filosofi hidup masyarakat Bali yang menekankan keharmonisan dalam tiga aspek : hubungan manusia dengan Tuhan (Parhyangan), hubungan antarsesama manusia (Pawongan), dan hubungan manusia dengan lingkungan alam (Palemahan).

Ketua Komunitas Ngewedang, Bapak Ngurah Kusuma Wijaya, menjelaskan bahwa kegiatan ini adalah awal dari serangkaian aksi sosial dan kemanusiaan yang direncanakan secara rutin. “Kami percaya bahwa menjaga alam adalah bagian dari menjaga keharmonisan hidup. Lewat kegiatan ini, kami ingin menerapkan semangat Tri Hita Karana, terutama dalam menjaga hubungan selaras dengan alam sekitar. Kami ingin memberi kontribusi nyata terhadap lingkungan, dimulai dari hal kecil seperti menjaga kebersihan pantai,” ujarnya.

Kehadiran Kepala Lingkungan dan Lurah Seminyak dalam kegiatan ini melambangkan sinergi kuat antara masyarakat dan pemerintah dalam upaya pelestarian lingkungan. Mereka mengapresiasi inisiatif Komunitas Ngewedang dan berharap kegiatan serupa dapat menginspirasi komunitas lain untuk bergerak.

Nama “Ngewedang” sendiri merupakan akronim dari “Ngerereh Keluruhan Sane Ledang”, yang menurut Bapak Marliyus, berarti tempat untuk belajar dan berkembang bersama. Dalam bahasa Bali, “ngewedang” juga berarti meminum kopi hangat, melambangkan suasana keakraban, kebersamaan, dan kehangatan dalam berkomunitas.

“Kami juga pernah mengadakan acara buka puasa bersama sebagai bentuk kekeluargaan,” tambah Bapak Marliyus, menunjukkan betapa pentingnya semangat kebersamaan. Ke depannya, Bapak Marliyus berharap komunitas ini akan semakin aktif dalam berbagai kegiatan sosial dan lingkungan, memberikan dampak positif bagi masyarakat sekitar.

Dengan semangat kebersamaan, kepedulian lingkungan, dan nilai-nilai kearifan lokal, Komunitas Ngewedang menunjukkan bahwa komunitas berbasis hobi pun dapat menjadi agen perubahan positif bagi masyarakat dan lingkungan sekitar. Mereka mengusung moto, “Ngewedang Community – wedang dulu, gas kemudian.”